The Power of Love


Kali ini gue bukan mau bahas yang mewek-mewekan tentang cinta remaja ya, tapi kali ini gw mau nulis karena gue baru aja nonton sebuah film. Filmnya ga terlalu berat, dan tentunya sehari setelahnya gue baru nemu ada satu inti yang bisa diambil dari film itu. Ya, yang bisa diambil dari film itu adalah seperti judul tulisan ini, “The Power of Love”.

Jadi ceritanya hari rabu kemarin, gue lagi pengen nonton, tapi gatau mau nonton apa. Yaudahlah ya, gw scrolling-scrolling Disney Hotstar. Trus tiba-tiba gw gue melihat ada satu poster yang pemainnya biasa kocak nih, Ryan Reynolds. Nah, yauda deh gue akhirnya nonton itu film yang berjudul Free Guy.


Jalan cerita utamanya sih bukan tentang cinta-cintaan, apalagi sampai ada istilah the power of love. Itu cuma buatan gue sendiri aja, hehee. Inti ceritanya tuh kira-kira gini. Ada satu tokoh bot dalam sebuah game, namanya Guy. Nah game ini sebenernya dibangun dengan AI (Artificial Intelligence), jadi sebenernya karakter-karakter bot di dalam gamenya bisa berpikir dan berkembang gitulah. Si Guy ini di desain sebagai seorang pria yang ingin punya pasangan yang karakternya aga rumit dan seolah hanya menjadi khayalan, kaya penyuka es krim rasa permen karet, suka menyenandungkan lagu klasik spesifik (gue lupa nama lagunya), dan sebagainya yang bener-bener harus itu semua deh kesukannya. Jadi ya kehidupan si Guy di dalam game ini akan terus begituuu saja, mengimpikan wanita idamanya yang tidak pernah sampai dan melakukan rutinitasnya berulang-ulang. Sampai pada akhirnya, si Guy ini menemukan karakter perempuan dengan karakteristik yang sama perseis seperti yang dia inginkan.

You know lah, ketika sudah menemukan pasangan yang diimpi-impikan sejak lama, si Guy jadi pengen deketin si perempuan itu. Nah dari situ, AI-nya si Guy mulai berkembang. Bahwa dia bilang dia gamau hidup kaya gini-gini aja (padahal dia aja ga hidup, wkwkwk). Yauda deh dia berusaha deketin si karakter perempuan itu yang bernama Molotov Girl.


Singkat cerita, si Molotov Girl ini lagi dalam sebuah misi. Terus si Guy pengen bantuin dong biar bisa deket (iya ga?). Tapi si Molotov Girl ini punya syarat, kalo mau bantuin si Molotov Girl, Guy minimal harus berada di level 100 (inget, film ini di game ya). Dan ini dia. Kalo kalian nonton filmnya, si Guy ini akan bekerja keras untuk mencapai level 100 dari yang awalnya level 1.

Kalo dilanjut lagi ceritanya, nanti si Guy bakal bantuin banget si Molotov Girl nih. Ibaratnya sampai berkorban mati-matian demi si Molotov Girl.


Penutup

Apa yang bisa dilihat dari sana? Kekuatann cinta yang buta. Ya, seriuosly buta. Kenapa buta? Let us think again. Si Guy ini kan awalnya cuma bot dalam game. Lalu karena dia seolah-olah “menemukan” cintanya, dia mau melakukan apa saja. Mulai dari naik level, sampai rela berkorban. Sekacau itu ternyata. Kekuatan cinta buta bisa sampe separah itu. Yaa untungnya aja si Molotov Girl ini orang baik, jadinya si Guy jadi ikutan baik. Coba bayangin kalo si Molotov Girl orang jahat, terus ditambah cinta butanya si Guy. Mau jadi apa coba? Guy bisa jadi jahat banget.

Jadi bener banget hadits Rasul saw. yang berbunyi:

“Cintailah orang yang engkau cintai seperlunya, karena bisa saja suatu hari dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah orang yang kamu benci seperlunya, karena bisa jadi suatu hari kelak dia akan menjadi orang yang engkau cintai”.

Karena kalau kita sampai cinta yang cinta banget, kita malah bisa jadi buta. Contohnya bisa lihat aja di Free Guy, atau contoh-contoh lain di kehidupan. Apalagi ternyata orang yang dicintai itu sebenrenya musuh kita, wah malah berabe kan.

Intinya, cinta itu punya kekuatan yang besar. Jadi, hati-hatilah! Hehehe...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sukses Gagal, Untuk Gagal Sukses

Jakarta - Bandung di bawah 100 RIBU